Thursday, January 10, 2019

Unknnown

Terlalu gelap untuk diingat
Kata yang terucap hanya khiasan
Kini dunia tertidur lelap
Bersamanya bising kian samar
Untuk sebuah rasa yang hidup
Aku,
Tidak pernah beralasan tingal
Tidak pula pergi..

Monday, September 17, 2018

Kepergianmu Yang Mulai Terlupakan

Pagiku kini benar-benar sepi, bahkan bisa dibilang suram
Namamu yang melegenda di sanubari ini kini kian memudar
Di helaan nafas dengan pekat asap rokok aku mulai melupakanmu
Kini aku bisa kembali menatap sang mentari dengan senyum ramahnya

Kau memang telah pergi dan aku dipaksa selalu menyadarinya
Tak lebih dari kisah pilu yang lahir dari rahim gejolak cinta yang lalu
Perlahan waktu memangkas semua pengetahuan ku terhadap mu
Dari segala pengakuan jiwa akan dahaganya kata sayang darimu

Meski dengan tertatih aku mulai melangkahkan kaki kembali
Bahkan sedikit jerit dihati menyadari jika tidak ada kau disisi
Aku harus belajar jika sebelum denganmu aku pernah baik saja
Kini aku menatap kepergianmu yang mulai terlupakan

Aku memang tidak bisa menampik jika rasa kecewa kini bersemayam diatas namamu
Tapi bahkan sekalipun aku menampiknya, itu akan menghasilkan sesuatu yang sama
Asbab melihatmu tersenyum sekalipun hanya akan membuat goresan baru dihati
Dengan segala keterbatasan kepergianmu yang mulai terlupakan

Kini hati yang dicerca penyesalan pun mulai memahami sesuatu
Sesuatu yang mutlak tidak akan pernah ia miliki lagi
Aku mulai menyadari jika kepergianmu yang mulai terlupakan
Dari segala akhir, kepergianmu yang mulai terlupakan

Thursday, September 13, 2018

Ada Meski Tidak Nyata

Digerayami keputusasaan, aku berjalan angkuh dengan asumsi
Semua hal tentang si pecundang
Semua bagian dari ke tololan
Tidak ada yang lebih mengetahuinya selain aku

Aku adalah kebengisan yang terlahirkan oleh murka
Aku adalah hamba yang bersabda di tengah fatamorgana
Aku jelemaan hawa nafsu yang meradang
Aku, dengan segala omong kosong dan bahkan tidak merdu

Hidup dan tumbuh dalam angan
Si duka yang coba lelehkan otaknya
Anjing yang rentan menanti ajalnya
Dirantai dengan sepurna oleh keadaan

Jiwa ini tidak pernah pergi kemanapun
Dengan jiwa yang semakin dalam tenggelam
Terseret-seret beban diri yang apatis melihat kenyataan
Aku tak pernah berharap, namun siapapun selalu aku tunggu

Aku ingin pergi dari tempat bodoh ini
Dari kengerian yang mulai membosankan
Aku benci kesendirian, meski ku akui jika dialah satu-satunya teman
Yang perlahan menelan perasaan demi pengakuan

Jiwa ini tidak pernah pergi kemanapun
Meskipun tidak pernah berhenti berlari dari yang mereka sebut kebenaran
Dari apa yang mereka anggap ketenangan
Dari apa yang mereka semua asumsikan

Aku terlahir dengan tidak diharapkan
Aku ada karena kecongkakan nya
Terlarut dalam rasa dan bersemayam di inti jiwa
Akulah lamuna, aku yang selalu ada meski tidak pernah nyata

Monday, September 10, 2018

Dengan Segala Kemunafikan, Aku Melupakanmu

Amarah ini katakan lebih banyak dari pada kata cinta
Aku baru menyadarinya setelah yang kau genggam itu bukan tangan ku
Seperti itu lah kenyataan membisu kan ku
Layaknya senja yang menjingga, aku terbakara dan meredup di keheningan malam

Siapa yang tidak bosan dengan 1000 pertikaian itu?
Siapa yang akan katakan jika itu bentuk dari cinta?
Sepertinya, tidak ada lagi pagi saat kepergianmu
Aku tidak menagisinya sepertimu, aku tidak menangis dengan cara itu

Kau bentangkan kenagan diantara sudut bumi
Aku tidak bisa terus menampiknya, itu terlalu nyata
Terlalu indah untuk aku hapuskan
Terlalu sempurna untuk tidak di ingat

Kini aku tinggali hatimu
Bukan hati milikmu, tapi hatimu yang telah aku bangun dihatiku.
Dan aku biarkan hatiku menganga dengan lubang besarnya
Kamu pikir aku bisa apa?

Kau ada kini bukan sekedar kenangan atau pun omong kosong
Peranmu kini hanya sebagai sandingan dari kekecewaan
Biar lah seperti itu, biarkan aku tersus begitu
Cinta memang tak harus indah, tapi tidak juga harus sesakit ini

Bersikeras kau ingin melupakanku
Tidak pernah lagi menyebut namaku
Namu selalu aku yakini
Kau tidak bisa menghapusnya dalam hatimu

Bahkan seperti hal nya diriku, kau pun terluka
Bedanya disana, dihatimu aku tergantikan
Biar lah seperti itu, biarkan aku tersus begitu
Cinta memang tak harus indah, tapi tidak juga harus sesakit ini

Aku sesekali melihatmu tersenyum, namun tidak pernah untuk ku lagi
Itu lah yang perlahan membunuhku, membebaniku dan kau tahu apa maksudku
Semua ada karena keterlanjuran yang alami
Aku tak membantahnya, sekalipun tidak aku bantah

Sebagai pesona yang anggun, aku mengenangmu
Dengan tanpa harapan, aku selalu menantimu
Untuk sebuah kisah indah, aku menantimu
Dan dengan segala kemunafikan, aku melupakanmu

Pembual

Aku berada tepat dipintu gerbang seperti pria emas itu katakan
Terimakasih telah menjadi bagian besar dari semua ini
Kau benar mengenai congkak nya nafsu dan individualisme
Kini, aku bersama tunas lain nya telah mengering
Kami di asaingkan dan di semayamkan oleh sebuah paksaan
Lelap kah tidurmu sang adidaya?
Aku mengeluh dan merintih seperti bayi anjing buta

Apa kau telah mengambil semua hati malaikat saat itu?
Sebab kini, itu laksana dongeng karya penyair tua
Mengapa aku harus menghamba kepada para musuhmu?
Sejauh yang aku tahu, generasimu lupa akan taring nya
Aku bahkan tidak pernah mengenali siapa dirimu
Aku hanya tahu kau benar lah pria emas itu
Ajari lah aku segala tentang kemashuran yang engkau genggam

Masih dilangit yang sama
Masih dipijakan yang sama
Namun mengapa aku tak melihat yang sepertimu lagi?
Terlalu memaksa kah jika aku berharap begitu?
Atau harus dengan naif aku katakan jika aku bisa menyamaimu?
Aku hanya bagian dari gerombolan kera yang kelaparan
Tapi, bahkan kera pun memiliki hati

Tidak ada yang bisa aku lakukan selain membual seperti ini
Bahkan untuk beribu pembual lain nya, ini adalah cara
Cara untuk melawan amarah yang tidak pernah bisa diledak kan
Kini, peran ku hanya sebagi bom waktu
Meski waktu dengan bengis nya berjalan cepat dan acuh didepan muka ku
Harusnya, aku tak pertanyakan ini kepadamu
Dan, sebelum mati lemas aku katakan. "MERDEKA!"

Sunday, September 9, 2018

Imajinasi Tinggi

Aku tidak pernah tahu bagaimana aku akan bertindak
Dunia seakan memusuhi orang sepertiku
Betapa murah sebuah asumsi orang terhadap ku
Sepenting apakah aku harus tercipta disini?


Aku selalu dihantui pikiran konyol tentang semua
Dari hal basi, berbau amis dan menyengat
Aku tidak pernah bisa lari dari kenyataan pilu ini
Dan aku hanya bisa menyelaminya sedalam mungkin

Berhentilah menatap dunia yang congkak ini
Tataplah kedalam dirimu itu
Semua yang dicari ada didalam sana
Entah apapun itu, namun itu semua nyata

Imajinasi adalah tempat dimana semua bisa terwujud
Dia hal sempurna dari apapun yang tuhan berikan
Tempat bebas dimana kau bisa berlaku sebrengsek mungkin
Tanpa batas dan tidak pernah dibatasi

Jangan berlaga baik saat berjalan di dunia ini
Hatimu tidak pernah sebaik itu
Hentikan lah kemunafikan yang kau buat disini
Kenyataan itu tempat mereka yang ingin ketenangan

Orang sepertimu dan orang sepertiku tidak pantas disini
Ambisi kita hanya akan merusak yang seharusnya milik mereka
Jangan arogan untuk tidak mengakuinya
Bukan untuk itu tuhan menciptakan mu

Kau Hanya Oase

Dengan datangnya mendung aku menatap lirih
Terbaring di hamparan pasir dengan oase
Ia menipu penglihatan dengan menghadirkan dirimu
Nyatanya dirimu memang sebuah oase

Aku berdarah-darah di tempat ini kasih
Tapi kau tidak akan menemukannya
Ambilkan sebuah batu dan hantamkan kepadaku
Itu tak sesakit saat kau menghilangkan dirimu

Kau hanya oase dan akan terus seperti itu
Kau hanya oase dan itu sebuah kebenaran
Rasanya tidak akan pernah berubah
Tanpa terkecuali..

Sejauh mata memandang aku ingin berbaring
Berbalik melihat semua kenyataan yang melebihi imajinasi
Aku memang tak akan terbunuh di tempat seperti ini
Namun untuk berjalan, aku tak mampu

Bacakan aku syair indah tentang semua yang indah
Bacakan tepat ditelingaku dimana hanya ada siulan angin
Buat aku kembali terjaga dari semua mimpi ini kasih
Kebengisan ku akan menghilang untuk sesaat itu